Ramadan Hadir dengan Peluang di Tengah Guncangan Industri Perhotelan

Ramadan Hadir dengan Peluang di Tengah Guncangan Industri Perhotelan

Industri perhotelan di Indonesia terus menghadapi dinamika yang kompleks. Pada tahun 2025, sektor ini dihadapkan pada sejumlah tantangan seperti kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pemotongan anggaran perjalanan pemerintah, dan rendahnya investasi. Namun, peluang besar tetap terbuka dengan meningkatnya jumlah wisatawan dan ekspansi hotel di berbagai wilayah. Ramadan juga diperkirakan akan menjadi momen penting yang dapat mendorong pertumbuhan industri ini.

Tantangan yang Menghadang Industri Perhotelan di 2025

Salah satu tantangan utama adalah kenaikan PPN dari 11% menjadi 12% mulai Januari 2025. Kenaikan ini berpotensi mengurangi daya beli masyarakat serta meningkatkan beban biaya bagi sektor perhotelan. Selain itu, pemotongan anggaran perjalanan pemerintah sebesar 50% akan berdampak signifikan, terutama bagi hotel kelas menengah dan budget yang mengandalkan perjalanan dinas, khususnya di daerah seperti Sulawesi dan Papua. Tantangan lainnya adalah investasi yang masih rendah, di mana sektor perhotelan dan restoran hanya menempati peringkat ke-13 dalam investasi domestik dan ke-16 dalam investasi asing dengan total nilai IDR 14 triliun pada 2024.

Baca Juga  VRITIMES Menggandeng SangRajawaliNews.com, DinastiNews.com, dan SriwijayaToday.com dalam Kemitraan Media untuk Memperkuat Liputan Berita Regional

Peluang Besar di Sektor Perhotelan

Di tengah berbagai tantangan, sektor perhotelan masih memiliki peluang besar, terutama dari lonjakan pariwisata. Pada 2023, jumlah wisatawan mancanegara mencapai 11,68 juta, melampaui target pemerintah. Selain itu, proyeksi pertumbuhan hotel di Jakarta menunjukkan peningkatan sebesar 2,6% per tahun dari 2023 hingga 2025, menandakan optimisme dalam industri ini. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan dan pengembangan infrastruktur, peluang untuk meningkatkan tingkat okupansi hotel tetap terbuka.

Artikel ini juga tayang di VRITIMES