Safari kunjungan slaturahmi yang dilakukan Anies Baswedan ke beberapa daerah provinsi membangun dan mengkanalisasi suasana yang memberi harapan baru untuk esok yang lebih baik. Harapan baru itu sangat normatif dalam tatanan hidup dan kehidupan masyarakat demokrasi.
Soal didaulatnya Anies menjadi presiden, sudah merupakan fakta sosial, setidaknya dari kunjungan silaturahmi Anies selalu saja disambut gegap gempita oleh ribuan rakyat.
Dan situasi semacam ini hampir terjadi di manapun Anies menginjakan kakinya di berbagai pelosok tanah air.
Kehadiran mantan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Kabinet Kerja (2014-2016) dan mantan Gubernur DKI Jakarta (2017-2022) di beberapa daerah tidak selalu mulus. Terkadang ada juga disambut penolakan dari sebagian kecil masyarakat setempat dengan membentangkan spanduk berisi kalimat penolakan kehadiran Anies.
Menolaknya sebagian kecil masyarakat atas kehadiran cucu dari pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan dan disebut sebagai rektor termuda yang pernah dilantik oleh sebuah perguruan tinggi di Indonesia, yakni ketika masih berusia 38 tahun, adalah sah-sah saja dalam tatanan masyarakat demokrat.
Hal itu menggembirakan sebagai isyarat hidupnya demokrasi. Demikian demokrasi menjaga kebebasan individu dalam keadilan dan rasa keadilan bagi masyarakat di negara demokrasi yang baik dan benar.