Nasional – Media Patriot Indonesia
Dalam perjalanan menuju kota Karawang, tidak terlalu jauh dari Lapas Karawang, tepat di pinggir ruas jalan raya Warungbambu yang membentang dari arah Cikampek menuju Karawang, saya melihat sebuah monumen berbentuk patung berwarna kuning keemasan. Patung itu menampilkan sesosok prajurit yang tengah meradang dan memekik sakit. Tangan kanannya memegang bedil dan tangan kirinya menjinjing dua buah helm. Di dekatnya teronggok sesosok patung prajurit yang bergelimpangan. Karena didorong rasa penasaran dan ingin melihat dari dekat, saya menghentikan perjalanan saya hanya untuk melihat patung itu. Tahun 2009, terbit sebuah buku berjudul Rengasdengklok: Revolusi dan Peristiwa 16 Agustus 1945 karya Her Suganda. Dan patung itu pulalah yang menghiasi sampul buku tersebut. Sambil mengamati dari balik tembok yang memagari monumen patung itu saya bertanya-tanya, siapakah sosok yang citranya dipatungkan itu? Saya kemudian mengeluarkan buku Her Suganda tersebut dari dalam tas. Sebentar-sebentar saya melirik buku yang sedang saya timang-timang itu, lalu saya menatap lekat-lekat pada patung berwarna kuning keemasan itu.
Patung tersebut adalah monumen Suroto Kunto, seorang perwira menengah Divisi Siliwangi berpangkat Letnan Kolonel yang pada usia 24 tahun dinyatakan hilang pada 28 November 1946 karena diculik sekelompok pasukan yang terjadi di daerah Warungbambu, kota Karawang. Nama Suroto Kunto pun diabadikan menjadi nama ruas jalan yang membentang panjang sejak dari daerah Cinangoh yang merupakan batas kota Karawang sebelah timur, memanjang sejauh dua kilometer ke arah barat kota Karawang hingga sampai daerah Warungbambu. Di lokasi tempat patung tersebut berada itulah diyakini sebagai lokasi penculikan Suroto Kunto beserta tiga anak buahnya, yaitu Mayor Adel Sofjan, Kopral Muhajar dan prajurit Murod yang bertugas sebagai pengemudi.