Jakarta-mediapatriotindonesia.com
Di sebuah kopi di kafe bandara, kopi yang saya minum hampir habis. Roti manis tinggal satu gigitan. Matahari mulai menanjak ke atas kepala.
Sambil main Hp, melintas seorang bapak berbaju batik warna cokelat muda. Karena mengenakan masker, saya hanya bisa menebak ‘sepertinya saya kenal’.
Tiba-tiba beliau menghampiri saya dan mengenal lebih dulu karena saya tidak memakai masker (sedang minum).
“Pak..,” salam saya menjabat takzim bergegas hormat.
Ternyata benar dugaan saya, beliau seorang Hakim Agung. Ngobrol sebentar dan kami bergegas berpisah karena sama-sama akan melanjutkan perjalanan.
Saya lihat dari jauh, “YM” Hakim Agung itu hanya dibantu seorang sopir yang masih muda. (bukan ajudan lho ya).
Mobil jemputan pun hanya Honda Freed, bukan Lexus atau New Alphard kayak fasilitas pimpinan KY.
Siapa sangka, di balik kesederhanannya, nasib orang ditentukan oleh palunya Hidup mati bandar narkoba, nasib koruptor, nyawa pembunuh sadis, penista agama, hingga masalah UU ITE umpamanya.
Jauh berbeda dengan aparat penegak hukum lainnya. Kemana-mana dikawal ajudan dan aspri. Datang disambut tarian hingga kendaraan mewah mengantar ke mana pun.
Ada harapan di MA, tapi keadilan tidak jatuh dari langit, harus diperjuangkan
“Inilah Indonesia”
*Andi Saputra*
_Jumat (28/10/2022)_
Redaksi MPI